Dosen Atus Syahbudin, Ph.D
Oleh Andreas Ade Kristian (14/362289/KT/07679)
Peran Pohon-pohon dengan Model Arsitektur Attim, Massart, dan Scarrone Sebagai Habitat Satwa
Kehadiran pohon di dunia ini memiliki peran vital bagi bentuk-bentuk
kehidupan lainnya yang ada di muka bumi. Menjadi habitat hidup satwa merupakan
salah satu dari sekian banyak peran penting pohon tersebut. Faktor yang
mendukung suatu pohon untuk dapat dijadikan sebagai habitat hidup beberapa
jenis satwa adalah model arsitekturnya.
Model Attim memiliki batang
yang secara kontinu tumbuh, dibedakan menjadi batang monopodial dan
percabangan yang ekuivalen. Bunga lateral dan tidak mempengaruhi bentuk kuncup.
Contoh dari model ini adalah Casuarina
equisetifolia, Lumnitzera racemosa, Calophyllum spp, Ceriops tagal
dan Rhizophora mucronata. Model Massart memiliki batang
monopodial ortotropik dengan pertumbuhan ritmik dan menghasilkan percabangan
yang teratur. Percabangan plagiatropik Contoh: Ceiba petandra, Dipterocarpus costulatus, Shorea ovalis, Syzygium aromaticum, dan Syzygium polyanthum. Model Scarrone Model
arsitektur pohon Scarrone merupakan
model arsitektur pohon dengan ciri-ciri
batang bercabang, poliaksial atau pohon
dengan beberapa aksis yang berbeda, dengan
aksis vegetatif yang tidak ekuivalen dengan
bentuk homogen, semuanya orthotropik,
percabangan monopodial dengan perbungaan
terminal, terletak pada bagian peri-peri
tajuk, cabang simpodial nampak seperti
konstruksi modular, batang dengan pertumbuhan
tinggi ritmik. Beberapa jenis pohon yang termasuk ke dalam
model ini diantaranya Mangga (Mangifera
indica), Pandan (Pandanus pulcher), Jambu
mete (Anacardium occidentale), Kedondong (Spondias pinnata), dan Johar (Cassia siamea) (Ekowati dkk, 2017).
Gambar 1. Sketsa model arsitektur pohon Attim (atas), Massart (tengah), dan Scarrone (bawah) (sumber: Wiyono, 2009)
Gambar 2. Contoh pohon dengan arsitektur pohon Scarrone/Anacardium occidentale (atas), Attim/Casuarina equisetifolia (tengah), dan Massart/Syzygium aromaticum (bawah) (sumber: berbagai sumber/ www.bing.com)
Tiga jenis arsitektur tersebut memiliki peran
sebagai habitat satwa. Seperti ditulis oleh Prusinkiewicz and Remphrey (2000), model Scarrone merupakan model
yang cocok dan nyaman bagi Owa Jawa untuk aktivitas suara, hal ini dibuktikan dengan hampir sekitar 44,6 menit Owa Jawa
menghabiskan waktunya untuk aktivitas bersuara. Anak Owa Jawa jantan, remaja
Owa Jawa betina,dan Owa Jawa dewasa jantan juga menyukai model Scarrone untuk
melakukan aktivitas makan, setelah model Attim. Selain itu Rossana (2005) dan Asmoro (2012) dalam Azis dkk., (2016) menyatakan
bahwa tipe arsitektur pohon Attim lebih disukai oleh burung. Model arsitektur pohon Massart juga
telah diteliti oleh Misna dkk., (2016) dan hasilnya menunjukkan bahwa species Konpassiana malaccensis yang bermodel
Massart cenderung disenangi Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus)
sebagai tempat untuk membuat sarang.
Hal-hal yang membuat
jenis-jenis pohon tertentu disukai suatu jenis satwa untuk dijadikan habitat
adalah komponen-komponen dari arsitektur pohon itu sendiri dan didukung dengan ciri-ciri
khas dari tiap-tiap jenis pohon. Penelitian mengenai hubungan model arsitektur
pohon dengan keberadaan satwa merupakan topik yang masih perlu banyak diteliti
seiring dengan berkembangnya pemikiran hutan sebagai suatu ekosistem yang perlu
dikaji secara holistik, termasuk interaksi diantara komponen-komponen
penyusunnya.
Sumber:
Azis, M.C.,
T. Budiarti, Syartinilia.
2016. Kajian Hubungan Arsitektur Pohon dan Kehadiran Burung di Kampus
IPB Dramaga Bogor. E-Jurnal
Arsitektur Lansekap 2 (1) : 1-10
Ekowati,
G., S. Indriyani, R.
Azrianingsih. 2017. Model Arsitektur
Percabangan Beberapa Pohon di Taman Nasional Alas Purwo. Jurnal Biotropika 5
(1): 27-35
Misna dkk. 2016. Karakteristik Pohon
Bersarang Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus) di Siak, Riau. Jurnal Riau Biologia 1(2) : 187-193
P. Prusinkiewicz, W. Remphrey: Characterization
of architectural tree models using L−systems and Petri nets. In M.
Labrecque (Ed.): L'arbre − The Tree 2000: Papers presented at the 4th
International Symposium on the Tree, pp. 177−186.
Wiyono. 2009. Arsitektur Pohon.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.